Senin, 29 November 2010

ANDAI YESUS JADI GUBERNUR


ANDAI YESUS JADI GUBERNUR

Cerita berikut ini merupakan wawancara antara seorang wartawan dengan Yesus yang diumpamakan saat itu sedang menjadi Gubernur di sebuah kota. Saat itu semua warga kota memperingati hari ulangtahun- Nya yang selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember, khususnya warga gereja.

Pagi tadi sejumlah wartawan ibukota menunggu kedatangan Gubernur di tangga Balai Kota. SeturunNya dari mobil Mercy hitam, Gubernur segera dikerumuni para wartawan yang mengucapkan selamat berkenaan dengan ulang tahunNya pada hari ini, tanggal 25 Desember. Dengan cepat pula para wartawan mengajukan pertanyaan kepada Gubernur yang tampaknya sudah tergesa-gesa ingin masuk.
Wartawan kami merekam tanya jawab antara wartawan (W) dengan Gubernur (G) sebagai berikut:

W : Pak Gub, kemarin malam dan hari ini semua Gereja di kota ini merayakan ulangtahun Bapak.
Bagaimana perasaan Bapak?
G : Biasa saja.
W : Gereja-gereja mana saja yang kemarin malam Bapak kunjungi?
G : Satu pun tidak saya kunjungi. Kemarin malam saya diam di rumah.
W : Lho, bukankah Bapak tamu VIP?
G : Saya tidak senang melihat mereka yang suka duduk di sofa yang empuk dan bagus di baris terdepan.
W : Tapi Pak, mereka berdoa.
G : Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang- panjang, padahal mereka menelan rumah
janda-janda dan menggusur rumah orang lain seenaknya.
W : Jadi, Bapak tidak setuju orang beribadah?
G : Saya tidak mengatakan begitu. Maksud saya, saya membenci segala kumpulan dan perayaan mereka.
Jauhkan daripada Saya keramaian koor mereka, dan lagu-lagu nyanyian jemaat mereka, tidak mau
Saya dengar. Yang penting biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti
sungai yang selalu mengalir.
W : Mengapa Bapak berkata begitu?
G : Sebab Saya tahu, bahwa banyak perbuatan mereka yang jahat. Mereka menjadikan orang benar
terjepit. Mereka menerima uang suap. Mereka mengesampingkan orang miskin di pintu pengadilan
negeri. Mereka benci kepada yang memberi teguran di koran. Mereka menginjak-injak orang yang
kedudukannya lemah dan mengambil pajak dengan cara memeras. Mereka rakus.
W : Jadi, apa Bapak menganggap iman itu tidak berguna?
G : Maksud Saya, iman harus disertai perbuatan. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman
itu pada hakikatnya adalah mati.
W : Apa Bapak setuju Natal dirayakan dengan pesta?
G : Asal saja semua sampah bekas pesta itu dibuang pada tempatnya. Kota ini harus bersih.
W : Ada gereja yang merayakan kelahiran Bapak (Natal) dengan anggaran lebih dari lima juta rupiah,
padahal ....
G : Peduli amat, itu uang mereka, asal saja uang halal, dan asal mereka ingat memberi kepada yang susah.
W : Tapi Natal dengan biaya di atas 5 juta itu kan termasuk mewah, Pak!
G : Ah, mengapa Saudara melihat selumbar di puncak Monas sedangkan bis bertingkat di dalam mata
Saudara tidak Saudara ketahui. Jangan Saudara menghakimi orang lain mewah, padahal Saudara
sendiri sekarang memakai baju safari yang begini mewah.
W : Apa Bapak setuju orang-orang merayakan Natal dengan pohon terang?
G : Mengapa tidak? Asal saja jangan menebang pohon cemara. Pakai saja pohon plastik. Kota ini perlu
dihijaukan, sebab itu janganlah pohon cemara dikorbankan untuk Natal.
W : Menurut Bapak, kegiatan apa yang paling positif pada hari-hari Natal ini?

G : Ibadah yang murni di hadapan Allah ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan
mereka. Memberi bingkisan Natal kepada yang lapar, yang sakit, yang di dalam penjara.
W : Tapi hadiahnya jadinya kan untuk mereka, bukan untuk Bapak.
G : Segala sesuatu yang Saudara lakukan untuk salah seorang dari warga kota yang paling hina ini,
Saudara telah melakukannya untuk saya.
W : Tapi, kami -- wartawan -- tidak pernah menerima hadiah Natal, Pak.
G : Adalah lebih bahagia memberi daripada menerima.
W : Pak, akhir-akhir ini kota kita sering banjir. Apa ini tanda akan kiamat?
G : Ah, Saudara ini sok beragama. Apa hubungan banjir dengan kiamat? Banjir ini karena kita suka buang
sampah sembarangan, lalu sampah itu masuk ke got dan kali. Nah, got dan kali jadi dangkal.
Akibatnya air meluap.
W : Pak, bagaimana caranya supaya lalu lintas di kota ini jangan macet?
G : Jangan ada yang naik mobil. Naik unta saja.
W : Apa pendapat Bapak tentang ....
G : Ah, sudah dulu. Marilah kita pergi ke tempat kerja kita masing- masing. Saya sekarang harus
mendatangi beberapa kantor kelurahan di desa-desa tertinggal, karena untuk itu saya telah datang.



Catatan:
Sebagian dari ucapan-ucapan tersebut di atas diangkat dari ayat-ayat Matius 23:6,7,14; Amsal 5:7-13; Yakobus 2:17; Matius 7:3; Yakobus 1:27; Matius 25:31-40; Kisah Para Rasul 20:36; Markus 1:38

Sumber:
Selamat Natal: 33 Renungan tentang Natal, Dr. Andar Ismail, , Artikel Andaikata Yesus Jadi Gubernur DKI, halaman 75 - 78, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar